Rabu, 27 Mei 2015

Kisah Sukses

Kisah Sukses Si Pemakai Celana Pendek - Bob Sadino

Si Pemakai Celana Pendek, Bob Sadino yang biasa disapa dengan sebutan Om Bob. Sebelum sukses, Om Bob melakukan hal yang sama seperti sejumlah konglomerat lain, yakni bekerja keras dan kadang hidup susah. Om Bob yang lahir pada 9 Maret 1933 itu terbiasa bekerja keras sejak berusia belasan tahun, terlebih setelah ayahnya meninggal dunia.

Sepeninggal ayahnya, pada usia 19 tahun, Om Bob merantau ke Eropa. Di Benua Biru, Om Bob melakoni berbagai pekerjaan, dari karyawan agen pelayaran PT Djakarta Lloyd hingga pegawai perusahaan barang konsumsi Unilever. Di Eropa, Om Bob bertemu dengan Soelami Soejoed dan menikahinya.  

Setelah sekian lama mengadu nasib di Belanda akhirnya, pada tahun 1967 beliau memutuskan untuk kembali ke tanah air. beliau membawa beberapa hartanya termasuk 2 mobil mercedes miliknya. Salah satu mobil beliau dijual untuk membeli tanah di kawasan Kemang.

Setelah lama tinggal di Indonesia beliau memutuskan untuk berhenti bekerja dan bertekad untuk bekerja sendiri. Pekerjaan pertama yang beliau lakoni setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedesnya dan beliau juga yang menjadi supirnya, namun sayang itu tidak berlangsung lama, suatu ketika beliau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya mengalami kerusakan yang parah, karena tidak punya cukup uang untuk memperbaikinya beliau pun tidak lagi menyewakan mobilnya.

Kehilangan sumber penghasilan, beliau pun beralih profesi menjadi kuli bangunan. yang ketika itu gaji yang di perolehnya hanya Rp. 100.-. Padahal, kalau beliau mau, istrinya, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, beliau bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah. beliau pun sempat merasa depresi dengan tekanan hidup yang dialaminya.

Beruntung lah Beliau memiliki seorang sahabat Sri Mulyono Herlambang yang kala itu menyarankanya unuk memelihara ayam dan dia juga memberi beliau 50 ekor ayam ras untuk menghibur beliau melawan depresinya. dari situ juga lah beliau mendapat motivasi yang kuat, beliau berpikir Ayam saja bisa berjuang untuk hidup tentu manusia pun juga bisa. beliau pun mendapatkan inspirasi untuk berwirausaha.

Dari beternak Ayam inilah beliau dan istrinya menjual beberapa kilogram telur. dalam tempo satu setengah tahun, beliau mendapatkan banyak pelanggan, terutama orang asing. ini dikarnakan beliau dan istrinya tinggal di kawasan kemang yang banyak terdapat orang-orang asing dan juga beliau dan istrinya fasih dalam berbahasa Inggris.

Namun tidak jarang mereka mendapatkan cacian dari pelanggan bahkan babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri dan segera memperbaiki pelayanan mereka. Perubahan drastis pun terjadi pada diri beliau, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan beliau yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) yang di beri nama Kem Chicks itu. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
 
Kini bisnis pasar swalayan Beliau berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.